Salam. Lewat Disember 2009 lalu saya menjelajah bumi Indonesia bagi penamat 09. Waktu pesawat "Bikin Terbang, Menjadi Gampang" melewati ruang udara Jakarta sebelum mendarat di Lapangan terbang Sukarno- Hatta kita akan dapat melihat kebanyakan atap rumah di sana menggunakan atap genting berwarna merah. Bukan setakat di sekitar lapangan terbang malahan sewaktu menyusuri lebuh raya ke Bandung juga kita akan melihat situasi yang sama. Pondok di tengah bendang juga menggunakan aatap genting berwarna merah. Sedikit sangat kita dapat melihat atap zink digunakan. Kalau di negara kita lebih banyak atap zink digunakan. Kalau mengikut status, rumah yang beratap genting lebih tinggi statusnya berbanding atap zink. Kalau begitu mereka lumayan amat. Jelas sama sekali terdapat bolak-balik persepsi dalam hal ini. Kenapa? Kerana desakan ekonomi penduduk di sana menjadi lebih keratif dan rajin dalam mengatasi halangan hidup. Atap itu dibikin sendiri. Waktu padi sudah dituai, tiada pekerjaan lagi boleh dibuat dan perajin di sana mengorek tanah liat untuk dibuat atap genting tanah liat. Sebab itu kita boleh lihat bangunan besar yang bertiang rendah di pinggir bendang. Di bawah bangunan inilah atap itu dikerjakan. Tanah liat dikorek dari bawah bangunan itu untuk di proses menjadi atap. Dan... di situlah adanya kesedaran untuk lebih kreatif dan rajin.